Strategi komunikasi Ratu Atut Tangkap tangan Ketua MK Akil Mochtar mengungkap banyak nama lain. Nama-nama itu termasuk beberapa nama petahana pejabat antara lain Ratu Atut sebagai Gubernur Banten. Pengungkapan nama ini meluas seiring dengan tindakan pemeriksaan oleh KPK dan publikasi media. Tulisan ini menganalisa langkah mereka yang namanya disebut terlibat sebagai ekor dari tangkap tangan Akil Mochtar. Seperti sudah dimuat di media, Ratu Atut mengangkat Fitron Nur Ikhsan sebagai juru bicara keluarga. Keputusan ini adalah langkah strategis untuk melindungi kerusakan reputasi Ratu Atut lebih parah. Dengan mengangkat seorang jubir, kemungkinan kontak langsung antara Ratu Atut dan media berhasil diatasi. Dalam beberapa kesempatan Fitron lebih banyak bersikap bertahan dari pertanyaan-pertanyaan tajam media massa main stream. Misalnya dalam berita http://nasional.kompas.com/read/2013/10/12/1206565/Ratu.Atut.Merasa.Diperlakukan.Tidak.Adil, Fitron berusaha meyakinkan media bahwa media tidak bisa semata-mata menyalahkan Ratu Atut sebagai Gubernur Banten karena media cenderung fokus di hal-hal negatif dan mengabaikan keberhasilan yang diklain sudah dicapai terutama di Tangerang Selatan. Ini langkah Diffusion, dimana juru bicara berusaha menyampaikan hal-hal positif sang Gubernur dan kawasan Tangerang Selatan. Pendekatan ini yang dipilih oleh jurubicara untuk menjelaskan hal-hal positif. Apakah ini efektif? Ketika Anda dalam kondisi menjadi sorotan media sepertii yang dialami Gubernur, strategi yang lebih pas adalah dengan menerapkan 2-way symmetrical communication. Pendekatan ini lebih bertujuan membangun saling pengertian dan pemahaman, bukan semata-mata bertahan. Pendekatan ini lebih bisa mencairkan dialog antara pihak yang disorot dengan media. Tantangannya, pendekatan ini butuh kejujuran dan keterbukaan.

Comments

Popular Posts